Techfin Insight – Di tengah naiknya minat generasi muda terhadap dunia keuangan, muncul satu dilema penting: apakah semua aktivitas yang berlabel “cuan” itu legal dan sehat secara finansial?
Nyatanya, banyak yang masih keliru membedakan antara investasi, trading, dan praktik yang sebenarnya adalah judi berkedok finansial.
Banyak konten di media sosial mempromosikan keuntungan instan tanpa risiko, padahal bisa saja kamu sedang terjebak dalam praktik berbahaya yang merusak kesehatan finansial.
Artikel ini akan membantu kamu memahami perbedaannya secara jelas dan mudah.
Apa Itu Investasi?
Investasi adalah aktivitas menanamkan modal pada aset tertentu yang diharapkan dapat meningkat nilainya di masa depan.
Tujuannya adalah pertumbuhan jangka panjang, baik itu melalui capital gain (kenaikan harga) atau dividen.
Menurut Hening Ardiani, CFP (Certified Financial Planner) dan penulis buku Muda Punya Aset, investasi adalah “jalan maraton, bukan sprint.” Ia menjelaskan bahwa investasi yang sehat harus memperhatikan:
- Instrumen legal, seperti reksa dana, saham, obligasi, atau emas.
- Jangka waktu panjang, minimal satu hingga lima tahun.
- Risiko yang terukur, biasanya dinilai berdasarkan profil risiko investor.
- Imbal hasil yang wajar, tidak menjanjikan profit besar dalam waktu singkat.
Contoh investasi sehat: membeli saham perusahaan besar (blue chip), menabung emas secara digital, atau menyicil properti untuk disewakan.
Lalu, Apa Bedanya dengan Trading?
Trading memiliki konsep yang mirip dengan investasi, yaitu membeli aset untuk dijual kembali. Namun bedanya, trading fokus pada jangka pendek, bahkan bisa harian (day trading).
Praktik ini lebih membutuhkan keterampilan analisis teknikal, manajemen emosi, serta kesiapan menghadapi fluktuasi harga yang tajam.
Hening menambahkan, “Trading bisa jadi sumber pendapatan tambahan, tapi bukan tanpa risiko. Banyak yang terjun tanpa belajar dulu, akhirnya rugi dan trauma.”
Ciri khas trading:
- Fokus pada pergerakan harga jangka pendek
- Perlu pemahaman analisis teknikal
- Risiko tinggi, potensi imbal hasil besar, tapi tidak stabil
Contoh: jual beli saham harian, trading forex, hingga crypto.
Bagaimana dengan Judi Berkedok Finansial?
Di sinilah banyak generasi muda terjebak. Judi berkedok finansial sering kali mengklaim diri sebagai investasi atau trading, padahal mekanismenya tanpa transparansi dan tidak memiliki dasar analisis rasional.
Beberapa ciri utamanya:
- Menjanjikan keuntungan cepat tanpa risiko
- Tidak ada regulasi resmi
- Umumnya melibatkan sistem referral atau skema ponzi
- Tidak ada underlying asset yang jelas
Contoh paling umum: binary option, investasi bodong, robot trading palsu, hingga situs “trading” tanpa izin OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Menurut data dari Satgas Waspada Investasi, kerugian masyarakat Indonesia akibat investasi ilegal mencapai Rp139 triliun sejak 2018. Mayoritas korbannya adalah generasi muda yang ingin cepat kaya.
Cara Membedakan dengan Cepat
Kamu bisa menggunakan tiga pertanyaan ini sebelum memutuskan berinvestasi atau trading:
- Apakah platform ini terdaftar di OJK atau Bappebti?
- Apakah saya benar-benar paham cara kerjanya?
- Apakah hasil yang ditawarkan masuk akal?
Jika jawabannya “tidak” untuk salah satu saja, maka berhati-hatilah. Bisa jadi itu adalah penipuan berkedok investasi.
Kenapa Anak Muda Rentan?
Generasi muda sering terpapar gaya hidup serba instan dan tekanan sosial untuk sukses finansial di usia muda.
Akibatnya, mereka tergoda oleh janji kekayaan cepat, tanpa menyadari bahwa dunia keuangan bukan soal keberuntungan, tapi pengetahuan dan konsistensi.
“Kalau kamu ingin cuan tapi belum punya fondasi literasi keuangan, itu seperti naik roller coaster tanpa sabuk pengaman,” kata Hening Ardiani menutup wawancara.
Pilih Jalur Cuan yang Sehat
Investasi dan trading bisa menjadi alat mencapai tujuan finansial jika dilakukan dengan benar.
Namun, jika kamu tergoda oleh janji cuan cepat tanpa dasar, maka kamu sedang berjudi. Bedakan sejak sekarang, agar tidak menyesal di kemudian hari.
Jadi, mulai dari sekarang, bekali diri dengan literasi finansial, bukan hanya karena ingin kaya, tetapi agar tidak mudah ditipu.
Komentari lewat Facebook