Techfin Insight — Saat Gen Z mulai memasuki dunia kerja, mereka dihadapkan pada kenyataan pahit: penghasilan lebih rendah, utang lebih tinggi, dan tekanan hidup yang lebih berat dibanding generasi milenial satu dekade lalu.
Apakah ini sekadar fase awal karier, atau tanda bahwa sistem ekonomi kita perlu dibenahi?
Generasi Baru, Tantangan Lama yang Membesar
Menurut studi TransUnion, Gen Z usia 22–24 tahun pada kuartal IV 2023 memiliki penghasilan rata-rata US$45.493, jauh di bawah milenial pada usia yang sama sepuluh tahun lalu yang mencapai US$51.825 (setelah disesuaikan inflasi).
Tak hanya itu, rasio utang terhadap pendapatan Gen Z mencapai 16,05%, lebih tinggi 4 poin dari milenial kala itu.
Inflasi yang melonjak sejak 2022, ditambah biaya hidup yang terus naik, membuat daya beli Gen Z tergerus.
Mereka tumbuh di tengah krisis: pandemi, resesi, dan harga kebutuhan pokok yang melambung.
Ketika Gaji Tak Lagi Cukup: Kredit Jadi Penyelamat?
Laporan TransUnion juga mencatat bahwa 84% Gen Z usia 22–24 tahun memiliki kartu kredit, naik drastis dari 61% milenial pada usia yang sama satu dekade lalu.
Lebih dari sepertiga Gen Z bahkan menganggap kartu kredit sebagai produk keuangan paling berguna.
Jason Laky, EVP TransUnion, menyebut ini sebagai respons terhadap tekanan ekonomi: “Dalam iklim ekonomi saat ini, konsumen muda semakin bergantung pada produk kredit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.”
Luka Ekonomi yang Bisa Bertahan Lama
Masuk ke dunia kerja saat pandemi membuat banyak Gen Z kehilangan kesempatan magang, pekerjaan pemula, dan jaringan profesional.
Ini menciptakan apa yang disebut para ekonom sebagai “luka ekonomi”—dampak jangka panjang dari awal karier yang terhambat.
Ditambah lagi, banyak dari mereka bekerja di sektor gig economy atau kontrak jangka pendek yang tidak menawarkan stabilitas, tunjangan, atau jalur karier yang jelas.
Biaya Hidup vs Daya Beli: Siapa yang Menang?
- Biaya pendidikan melonjak drastis dalam dua dekade terakhir.
- Harga rumah dan sewa naik lebih cepat dari kenaikan gaji.
- Utang pendidikan menjadi beban awal yang berat bagi banyak Gen Z.
Sementara itu, milenial yang memulai karier sebelum pandemi masih sempat menikmati struktur kerja tradisional dan biaya hidup yang relatif lebih rendah.
Harapan di Tengah Ketimpangan
Meski menghadapi tekanan besar, Gen Z juga dikenal adaptif, tech-savvy, dan lebih sadar akan pentingnya literasi finansial. Mereka lebih terbuka terhadap jalur non-tradisional seperti kewirausahaan dan kerja remote.
Tapi jika sistem tidak berubah—dari kebijakan publik hingga akses pendidikan dan keuangan—kita berisiko menciptakan jurang antar generasi yang makin dalam.
Sudah saatnya kita berhenti menyalahkan gaya hidup Gen Z, dan mulai memperbaiki sistem yang membuat mereka tertinggal.
Komentari lewat Facebook