Techfin Insight – Di tengah makin populernya investasi, banyak orang mulai bertanya: “Aku harus mulai dari mana?”
Pertanyaan ini wajar, apalagi saat kita dihadapkan dengan begitu banyak pilihan instrumen—mulai dari deposito, obligasi, reksadana, sampai saham.
Masing-masing punya karakteristik, risiko, dan potensi cuan yang berbeda.
Nah, biar nggak salah langkah, yuk kenali satu per satu secara santai tapi tetap lengkap!
1. Deposito: Aman, Tapi Imbal Hasil Terbatas
Deposito bisa dibilang adalah “gerbang awal” bagi banyak investor pemula. Instrumen ini mirip tabungan, tapi dengan bunga yang lebih tinggi dan dana yang tidak bisa diambil sewaktu-waktu.
Karakteristik:
- Bunga tetap (fixed), biasanya lebih tinggi dari tabungan biasa.
- Tenor bervariasi: 1, 3, 6, atau 12 bulan.
- Dana tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo tanpa penalti.
- Dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sampai Rp2 miliar per bank per nasabah.
Cocok untuk siapa?
Kamu yang masih trauma risiko atau baru mau kenalan dengan dunia investasi. Cocok juga buat parkir dana jangka pendek.
2. Obligasi: Pinjamkan Uang ke Negara atau Korporasi
Obligasi adalah surat utang. Artinya, kamu sebagai investor meminjamkan uang kepada pemerintah atau perusahaan, dan akan mendapatkan bunga (kupon) secara berkala.
Karakteristik:
- Imbal hasil biasanya lebih tinggi dari deposito.
- Ada jatuh tempo (bisa 1–10 tahun lebih).
- Bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
- Beberapa jenis obligasi pemerintah (seperti SBN Ritel) bisa dibeli mulai dari Rp1 juta.
Cocok untuk siapa?
Kamu yang ingin penghasilan pasif tetap dan bersedia menyimpan dana dalam jangka menengah hingga panjang.
Risiko cenderung rendah untuk obligasi negara.
3. Reksadana: Serahkan pada Ahlinya
Reksadana cocok buat kamu yang ingin investasi tapi tidak punya banyak waktu atau pengetahuan untuk memilih saham atau obligasi sendiri.
Di sini, uangmu dikelola oleh manajer investasi profesional.
Jenis-jenis Reksadana:
- Reksadana Pasar Uang: Risiko paling rendah, isinya deposito & surat utang jangka pendek.
- Reksadana Pendapatan Tetap: Mayoritas isinya obligasi.
- Reksadana Campuran: Kombinasi saham, obligasi, dan pasar uang.
- Reksadana Saham: Potensi cuan tinggi tapi risikonya juga paling besar.
Karakteristik:
- Bisa dimulai dengan modal kecil (Rp10 ribu–100 ribu).
- Likuid, bisa dicairkan kapan saja.
- Cocok untuk diversifikasi aset.
Cocok untuk siapa?
Kamu yang ingin investasi dengan praktis tanpa ribet analisis. Ideal untuk tujuan keuangan menengah–panjang.
4. Saham: High Risk, High Return
Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Kalau kamu beli saham, artinya kamu ikut punya sebagian dari perusahaan itu.
Dan tentu, kamu bisa untung besar—tapi juga rugi besar.
Karakteristik:
- Bisa menghasilkan capital gain (untung dari selisih harga jual-beli).
- Ada potensi dividen dari perusahaan yang membagi keuntungan.
- Risiko tinggi, karena harga bisa fluktuatif drastis.
- Cocok untuk investasi jangka panjang (5 tahun ke atas).
Cocok untuk siapa?
Kamu yang siap belajar, tahan mental dengan fluktuasi, dan ingin hasil maksimal dalam jangka panjang. Tapi ingat, jangan FOMO—analisis dulu sebelum beli!
Tabel Perbandingan Singkat
Instrumen | Modal Awal | Risiko | Likuiditas | Cocok Untuk |
---|---|---|---|---|
Deposito | Rp1 juta+ | Sangat rendah | Rendah (terikat waktu) | Pemula, konservatif |
Obligasi | Rp1 juta+ | Rendah–sedang | Sedang | Investor jangka menengah |
Reksadana | Rp10 ribu+ | Rendah–tinggi | Tinggi | Pemula, semi aktif |
Saham | Rp100 ribu+ | Tinggi | Tinggi | Aktif, jangka panjang |
Mulai Sesuai Kenyamanan dan Tujuan
Investasi bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling konsisten dan paham apa yang dia lakukan.
Kalau kamu masih takut risiko, mulailah dari deposito atau reksadana pasar uang. Kalau kamu siap bertumbuh dan belajar, reksadana campuran atau saham bisa jadi pilihan.
Jangan lupa juga untuk menyesuaikan pilihan dengan tujuan keuanganmu—mau dana darurat, liburan, atau pensiun dini?
Semua bisa, asal kamu tahu tempat terbaik untuk menyimpan dan mengembangkan uangmu.
Kalau bingung, boleh banget mulai kecil dulu. Yang penting, mulai.
Di Mana Bisa Beli Instrumen-instrumen Ini?
Buat kamu yang udah semangat ingin mulai, sekarang pertanyaannya: di mana sih bisa beli deposito, obligasi, reksadana, atau saham?
- Deposito bisa dibuka lewat bank konvensional atau digital, seperti BCA, BRI, Bank Jago, atau lewat aplikasi investasi seperti Digibank by DBS dan Ajaib.
- Obligasi negara bisa dibeli lewat mitra distribusi resmi seperti Bareksa, BRI Danareksa Sekuritas, atau Bibit, khusus saat masa penawaran (biasanya dibuka beberapa kali dalam setahun oleh pemerintah).
- Reksadana bisa kamu beli di aplikasi seperti Ajaib, Bibit, Bareksa, atau Pluang—semuanya sudah terdaftar dan diawasi OJK (Otoritas Jasa Keuangan).
- Saham bisa dibeli lewat aplikasi sekuritas seperti Ajaib, Stockbit, BCAS Best, Mirae Sekuritas, atau MOST Mandiri Sekuritas.
Penting banget untuk selalu cek legalitas aplikasinya, ya.
Pastikan mereka punya izin resmi dari OJK dan terdaftar di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) agar dana dan portofolio kamu aman.

Catatan Penting untuk Investor Pemula
Satu hal yang tak kalah penting: Keputusan investasi tetap ada di tangan kamu sendiri. Artikel ini bisa jadi panduan awal, tapi setiap instrumen punya karakter dan risikonya masing-masing.
Jangan tergoda cuma karena tren atau cerita teman yang cuan besar. Pelajari dulu, sesuaikan dengan profil risiko, tujuan keuangan, dan jangka waktu investasi kamu.
Kalau masih ragu, kamu bisa mulai dari yang paling rendah risiko dulu—misalnya reksadana pasar uang atau deposito.
Seiring waktu, kamu bisa naik level ke obligasi atau saham. Yang penting, konsisten belajar, evaluasi, dan tetap mindful dalam mengambil keputusan.
Selamat memulai perjalanan investasi kamu, ya!
Komentari lewat Facebook