Techfin.id – Di era serba digital seperti sekarang, semakin banyak orang beralih ke pembayaran non-tunai—baik melalui aplikasi e-wallet maupun QRIS.
Praktis, cepat, dan bisa dilakukan dari mana saja. Namun, pernahkah membayangkan skenario di mana listrik padam, internet terputus, atau mesin ATM tak berfungsi?
Dalam kondisi darurat seperti bencana alam atau gangguan sistem pembayaran, uang tunai justru menjadi penyelamat utama.
Lantas, pertanyaannya: berapa banyak uang tunai yang sebaiknya disimpan di rumah? Berikut panduan dari berbagai pakar keuangan.
Jumlah Ideal: Cukup Seperlunya, Jangan Berlebihan
Menurut survei GOBankingRates yang dikutip oleh Yahoo Finance, mayoritas warga Amerika menyimpan uang tunai di rumah dalam jumlah kecil—kurang dari Rp8 juta.
Hanya 6 persen responden yang menyimpan lebih dari Rp48 juta.
Ryan McCarty, seorang perencana keuangan, menyarankan batas maksimal menyimpan uang tunai di rumah adalah 10 persen dari total dana darurat, atau tidak lebih dari Rp160 juta.
Namun, itu adalah angka maksimum, bukan rekomendasi umum.
Sebagian pakar seperti Danielle Miura bahkan lebih konservatif—ia menyarankan menyimpan sekitar Rp1,6 juta hingga Rp3,2 juta saja, cukup untuk kebutuhan mendesak seperti membeli bahan makanan, bensin, atau keperluan darurat lainnya.
Sementara itu, Jesse Cramer dari Cobblestone Capital Advisors menyarankan batas wajar adalah maksimal Rp16 juta.
Menyimpan lebih dari itu berisiko tinggi—baik karena potensi pencurian maupun godaan untuk membelanjakannya secara impulsif.
Tips Menyimpan Uang Tunai di Rumah dengan Aman
Jika memutuskan menyimpan uang tunai di rumah, keamanan adalah prioritas utama. Pakar finansial Matthew Dailly menyarankan menggunakan brankas tahan api dan air yang terpasang permanen.
Pastikan juga untuk mengecek kondisi fisik uang secara berkala agar tidak rusak atau usang.
Sebagai tambahan, Jay Zigmont menyarankan solusi kontrol akses—seperti memberikan kunci brankas kepada pasangan atau anggota keluarga yang dipercaya.
Tujuannya agar tidak mudah tergoda untuk mengambil uang tanpa rencana.
Sesuaikan Jumlah dengan Risiko Wilayah
Dikutip dari CNBC, jumlah uang tunai yang disarankan untuk disimpan di rumah berada di kisaran Rp4,8 juta hingga Rp16 juta, tergantung pada lokasi tempat tinggal dan risiko yang mungkin dihadapi.
Misalnya, di daerah rawan bencana alam atau daerah yang sering mengalami gangguan sistem, jumlah ini bisa disesuaikan lebih besar.
Prioritaskan Dana Darurat di Rekening
Walaupun menyimpan uang tunai itu penting, bukan berarti seluruh dana darurat harus berada di rumah.
Para ahli tetap menyarankan agar dana darurat utama disimpan di rekening tabungan berbunga tinggi, karena lebih aman dan bisa diakses kapan saja jika dibutuhkan.
Idealnya, dana darurat mencakup kebutuhan hidup selama tiga hingga enam bulan. Namun, bagi yang bekerja di sektor rawan PHK, disarankan menyiapkan cadangan untuk hingga sembilan atau dua belas bulan.
Untuk yang baru mulai menabung, Crystal McKeon menyebut angka Rp16 juta sudah cukup sebagai langkah awal.
Dana ini bisa digunakan untuk mengatasi keperluan mendadak seperti perbaikan kendaraan, kebutuhan medis, atau biaya rumah tangga yang sifatnya tidak terduga.
Uang Tunai Tetap Penting, Tapi Bijaklah Menyimpannya
Di tengah dominasi sistem pembayaran digital, uang tunai mungkin terlihat kuno. Tapi dalam kondisi darurat, uang fisik sering kali menjadi solusi paling cepat dan andal.
Menyimpan uang tunai seperlunya—dengan memperhatikan faktor keamanan, kontrol diri, dan besaran dana darurat yang proporsional—adalah langkah bijak yang bisa membantu kita siap menghadapi berbagai situasi tak terduga.
Jangan menyimpan terlalu banyak di rumah. Tapi juga jangan tidak punya sama sekali. Karena ketika sinyal hilang dan ATM mati, lembaran kertas itu bisa menyelamatkan harimu.
Komentari lewat Facebook