Jakarta, Techfin Insight – Sejak kecil, kamu mungkin sudah familiar dengan pepatah “hemat pangkal kaya” dan anjuran untuk menabung.
Mulai dari celengan ayam sampai buku tabungan sekolah, semua itu adalah bekal awal untuk belajar mengelola uang.
Tapi, di tengah kondisi ekonomi yang makin kompleks dan inflasi yang terus bergerak naik, menabung saja tak cukup untuk menjamin keamanan finansial di masa depan.
Kenapa Menabung Tidak Lagi Cukup?
Menabung tetap merupakan kebiasaan yang baik, tapi sebagai satu-satunya strategi keuangan, ia punya banyak keterbatasan. Inflasi adalah alasan utamanya.
Sebagai gambaran, harga bensin jenis Pertalite pada 2013 masih sekitar Rp4.500 per liter.
Sepuluh tahun kemudian, harga tersebut melonjak ke Rp10.000. Artinya, nilai uang yang kamu simpan akan terus berkurang daya belinya seiring waktu.
Rata-rata bunga tabungan di bank hanya sekitar 0,5%–1,5% per tahun. Sedangkan inflasi tahunan Indonesia berada di kisaran 3%–4%.
Jadi, walaupun nominal uang di tabunganmu bertambah, nilai riilnya justru menyusut karena kalah oleh inflasi.

Investasi adalah Jawaban untuk Masa Depan Finansial
Kalau kamu ingin uangmu tetap tumbuh dan tidak tergerus inflasi, maka investasi adalah jawabannya. Lewat investasi, uangmu bekerja untukmu, bukan sekadar disimpan.
Kabar baiknya, sekarang siapa pun bisa mulai investasi, bahkan dari modal kecil. Berikut ini beberapa jenis investasi yang bisa kamu pertimbangkan:
- Reksa dana – Cocok untuk pemula karena dikelola profesional.
- Saham – Potensi imbal hasil tinggi, tapi perlu pemahaman risiko.
- Obligasi – Memberi bunga rutin dan relatif lebih stabil.
- Emas – Aset lindung nilai yang aman dalam jangka panjang.
- Properti – Nilainya naik seiring waktu, tapi butuh modal besar.
Simulasi sederhana: kamu investasikan Rp1 juta per bulan selama 20 tahun di instrumen dengan rata-rata return 10% per tahun, hasilnya bisa mencapai lebih dari Rp600 juta.
Bandingkan jika hanya ditabung dengan bunga rendah, nilai akhirnya jauh lebih kecil.
Risiko Bisa Dikendalikan, Tapi Tidak Berinvestasi Jauh Lebih Berisiko
Banyak orang takut memulai investasi karena risiko. Tapi justru tidak berinvestasi itu lebih berbahaya dalam jangka panjang.
Kamu bisa mengelola risiko investasi dengan strategi berikut:
- Diversifikasi: jangan taruh semua uang di satu instrumen.
- Dollar Cost Averaging (DCA): investasi rutin dengan jumlah tetap.
- Pahami profil risikomu: konservatif, moderat, atau agresif?
- Gunakan platform resmi dan diawasi OJK agar lebih aman.
Ingat, semua bentuk investasi punya risiko. Tapi risiko itu bisa dikontrol. Sebaliknya, risiko tidak investasi—seperti tidak punya dana pensiun, daya beli menurun, atau ketergantungan finansial saat tua—akan berdampak lebih besar.
Langkah-Langkah Memulai Investasi untuk Pemula
Buat kamu yang baru ingin mulai investasi, berikut ini langkah yang bisa kamu ambil:
- Tentukan tujuan finansial: dana kuliah, rumah, pensiun?
- Kenali profil risiko diri sendiri: berani ambil risiko tinggi atau bermain aman?
- Pilih instrumen investasi yang sesuai.
- Mulai dari nominal kecil dan lakukan secara konsisten.
- Pantau dan evaluasi portofolio secara berkala.
Ingat, dalam dunia investasi, waktu adalah aset yang paling berharga. Semakin cepat kamu mulai, semakin besar potensi imbal hasil yang bisa kamu dapatkan.
Menabung Itu Baik, Tapi Harus Diikuti Investasi
Menabung tetap penting untuk dana darurat atau tujuan jangka pendek. Tapi untuk tujuan jangka panjang seperti pensiun, rumah, atau pendidikan anak, investasi adalah keharusan.
Inflasi tidak akan menunggu kamu siap. Maka, tidak cukup lagi hanya menabung. Kamu harus bergerak lebih aktif.
Seperti kata Warren Buffett: “Jika kamu tidak menemukan cara menghasilkan uang saat tidur, kamu akan bekerja seumur hidup.”
Komentari lewat Facebook