Techfin Insight – Di era serba digital seperti sekarang, uang bukan lagi sekadar lembaran kertas atau koin logam.
Transaksi keuangan kini beralih ke bentuk digital lewat QRIS, e-wallet, hingga virtual account.
Di balik kemudahan itu, muncul kebutuhan baru: membangun habit surplus atau kebiasaan surplus yang bisa menjaga keuanganmu tetap sehat meski serba instan.
Habit Surplus dalam Konteks Digital
Habit surplus adalah serangkaian kebiasaan harian yang menghasilkan nilai lebih. Dalam konteks digital money, itu berarti memiliki kontrol dan kesadaran dalam bertransaksi secara online.
Kebiasaan seperti mencatat pengeluaran e-wallet, memeriksa history transaksi QRIS, dan mengatur limit belanja digital termasuk dalam habit surplus.
Tanpa kebiasaan ini, kamu bisa dengan mudah terjebak pada impulsive spending alias belanja tanpa pikir panjang, hanya karena transaksi digital terasa “tidak mengeluarkan uang secara langsung”.
QRIS dan E-Wallet: Memudahkan Sekaligus Menyimpan Potensi Boros
QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) memudahkan siapa pun untuk bertransaksi di berbagai toko, kafe, hingga pedagang kaki lima.
Begitu juga dengan e-wallet seperti GoPay, OVO, Dana, dan lainnya yang membuat pembayaran cukup dengan satu sentuhan.

Namun di balik kemudahan itu, banyak pengguna tidak menyadari kalau mereka menghabiskan lebih dari yang mereka rencanakan.
Maka dari itu, kebiasaan surplus harus dibangun agar uang digital tidak membuat dompet digitalmu cepat “kering”.
Cara Membangun Habit Surplus di Era Uang Digital
Berikut beberapa langkah praktis yang bisa kamu lakukan untuk menjaga keseimbangan keuangan di era transaksi digital:
1. Tetapkan Limit Harian pada E-Wallet
Hampir semua aplikasi dompet digital memiliki fitur pengaturan limit belanja harian atau mingguan. Aktifkan fitur ini untuk menghindari pembelanjaan berlebihan. Ini seperti memberi “rem otomatis” pada impuls belanja digitalmu.
2. Cek Histori Transaksi Setiap Jumat
Jadikan hari Jumat sebagai waktu refleksi keuangan digitalmu. Periksa histori transaksi e-wallet dan QRIS: berapa banyak uang yang keluar dan untuk apa saja? Kebiasaan ini membantu kamu menyadari pola belanja yang tidak sehat.
3. Pisahkan E-Wallet untuk Kebutuhan dan Keinginan
Gunakan dua akun atau dua aplikasi e-wallet jika perlu. Satu khusus untuk kebutuhan harian (transportasi, makan, tagihan), satu lagi untuk hiburan atau belanja impulsif. Dengan begitu, kamu bisa lebih mudah mengontrol pengeluaran.
4. Gunakan Fitur Cashback untuk Ditabung, Bukan Diulang Belanja
Banyak e-wallet memberikan cashback atau poin setelah transaksi. Alih-alih langsung dibelanjakan kembali, simpan atau pindahkan ke tabungan digitalmu. Ini adalah bentuk habit surplus yang jarang dilakukan pengguna e-wallet.
5. Hindari Top-Up Sembarangan
Jangan langsung isi saldo hanya karena tergoda promo. Rencanakan top-up sesuai kebutuhan. Ini bisa dilakukan dengan menetapkan jadwal pengisian e-wallet satu kali dalam seminggu.
Teknologi Keuangan Butuh Kesadaran Digital
Perkembangan teknologi finansial tidak bisa dihindari. Tapi teknologi tetaplah alat. Yang menentukan apakah keuanganmu sehat atau tidak adalah kesadaran dalam menggunakannya.
Maka dari itu, membangun digital habit surplus adalah investasi perilaku yang hasilnya akan kamu rasakan di masa depan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menyebutkan bahwa literasi digital termasuk dalam empat pilar literasi nasional, dan penggunaan uang digital harus disertai dengan kebiasaan yang bijak.
Kamu bisa membaca panduan resminya di laman siberkreasi.id sebagai panduan membangun kebiasaan digital yang sehat.
Komentari lewat Facebook