Techfin.id – Menentukan arah masa depan bukan hanya soal peluang atau tren, tetapi juga soal mengenali diri sendiri.
Hal ini disampaikan oleh akademisi dan pakar perubahan, Rhenald Kasali, yang menekankan pentingnya memahami potensi diri sebelum memilih jalur kehidupan.
Menurut Rhenald, seseorang yang sudah mengenal dirinya dengan baik akan lebih mudah dalam menentukan apakah ia akan menjadi super spesialis di satu bidang, atau memilih jalur multitasking dengan kemampuan di berbagai bidang sekaligus.
“Setiap orang ini dibekali dengan keahlian, kesungguhan, dan kemampuan yang berbeda. Maka dari itu, mengenali diri sendiri jauh lebih penting. Dengan mengenal diri, seseorang bisa memilih untuk menjadi super spesialis atau multitasking,” ujar Rhenald Kasali seperti dilansir oleh Olenka.id, Senin (5/5/2025).
Super Spesialis: Fokus dan Mendalam
Rhenald menjelaskan bahwa menjadi seorang super spesialis berarti fokus pada satu bidang secara mendalam.
Profesi seperti dokter adalah contoh paling jelas dari jalur ini. Ketika seseorang memilih menjadi dokter, ia menyadari bahwa tanggung jawab yang diemban sangat besar dan tidak memungkinkan untuk membagi fokus ke bidang lain secara bersamaan.
Kalau Anda menjadi dokter, Anda terpaksa harus fokus karena itu menyangkut jiwa manusia. Ketika sedang melakukan operasi bedah jantung, tentu tidak mungkin di saat yang sama Anda bermain saham. Itu tidak bisa dilakukan.”
Dengan kata lain, menjadi super spesialis menuntut kedalaman ilmu dan konsistensi yang tinggi. Profesi yang menuntut ketelitian dan tanggung jawab besar cenderung membutuhkan pendekatan ini.
Multitasking: Fleksibel dan Luas
Sebaliknya, Rhenald juga mencontohkan dirinya sendiri sebagai seseorang yang lebih cocok menjadi multitasking.
Ia dikenal sebagai dosen, pembicara publik, pembuat podcast, pendiri Rumah Perubahan, pengusaha, hingga komisaris di sejumlah perusahaan.
Semuanya dilakukan dalam porsi yang terorganisir dan saling melengkapi.
“Saya bisa menjalankan banyak peran karena semua itu adalah bagian dari kontribusi saya di berbagai bidang. Saya dosen, pembicara, pengusaha, dan penggerak perubahan. Ini memungkinkan karena saya sudah mengenali potensi dan batasan diri saya,” jelasnya.
Menurut Rhenald, menjadi multitasking tidak berarti tidak fokus, tetapi lebih pada kemampuan mengatur energi dan waktu secara bijak untuk berbagai kegiatan yang masih berada dalam satu ekosistem minat atau keahlian.
Kenali Diri Sebelum Memilih
Dalam refleksi sejarah, Rhenald menyebut bahwa tokoh-tokoh besar di masa lalu seperti Socrates justru memiliki banyak keahlian sekaligus.
Pada zaman itu belum ada sistem penjurusan dalam pendidikan, namun banyak lahir ilmuwan dan pemikir yang mampu menguasai berbagai bidang.
“Dulu manusia tidak mengenal jurusan. Socrates itu juga ahli di banyak bidang—kesehatan, filsafat, matematika, hukum, dan lainnya. Tapi seiring perkembangan zaman, dunia makin mengarah pada spesialisasi, bahkan hingga subspesialis,” tambah Rhenald.
Karena itu, ia kembali menegaskan bahwa langkah awal dalam menentukan arah hidup, baik menjadi super spesialis atau multitasking, adalah mengenali diri sendiri secara jujur dan mendalam.
Jadi, Mana yang Lebih Baik?
Rhenald menekankan bahwa tidak ada yang lebih baik antara menjadi super spesialis atau multitasking. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing dan bisa membawa kesuksesan jika dijalani di tempat dan cara yang tepat.
Jika kamu merasa cocok mendalami satu bidang dan ingin menjadi ahli di sana, jalur super spesialis bisa menjadi pilihan terbaik.
Namun, jika kamu senang menjelajah banyak bidang dan merasa bisa mengelola semuanya dengan baik, maka jalur multitasking bisa sangat menjanjikan.
Yang terpenting, kenali dirimu dengan baik. Sebab, keputusan yang diambil dari pemahaman diri yang utuh akan menghasilkan kehidupan yang lebih terarah dan bermakna.
Komentari lewat Facebook