Yogyakarta, Techfin Insight — Di tengah wacana kemandirian ekonomi umat yang terus digaungkan, Muhammadiyah resmi meluncurkan Bank Syariah Matahari pada 18 Juni 2025.
Dengan izin resmi dari OJK sebagai BPR Syariah (BPRS), bank ini bukan sekadar lembaga keuangan, melainkan perpanjangan dari misi dakwah sosial dan ekonomi Muhammadiyah yang telah berjalan lebih dari seabad.
Bank Syariah dari Akar Persyarikatan
Muhammadiyah dikenal luas sebagai organisasi Islam yang tidak hanya aktif dalam dakwah, tetapi juga membangun ribuan amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Berdiri sejak tahun 1912 atas inisiatif Kiai Ahmad Dahlan, Muhammadiyah membawa semangat pembaruan dan modernitas Islam dalam kerangka praksis yang nyata.
Hingga kini, Muhammadiyah memiliki lebih dari 170 perguruan tinggi, 400 rumah sakit dan klinik, serta jaringan BPRS di berbagai daerah.
Kehadiran Bank Syariah Matahari melengkapi ikhtiar Muhammadiyah membangun ekonomi umat dari bawah—berbasis nilai Islam dan profesionalisme kelembagaan.
“Bank ini adalah milik Muhammadiyah. Kita harus dukung bersama agar bisa menjadi pilar utama dalam membangun ekonomi umat berbasis nilai-nilai Islam,” ujar Anwar Abbas, Ketua PP Muhammadiyah, dalam surat imbauannya.
Dari BPR Konvensional ke Bank Syariah Milik Umat
Bank Syariah Matahari bukan dibangun dari nol. Awalnya, lembaga ini bernama BPR Matahari Artadaya, berdiri di bawah naungan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA).
Setelah melalui proses konversi dan adaptasi, bank ini berganti menjadi BPR Syariah Matahari, dan kini resmi berizin dari OJK sebagai BPRS.
Melalui Keputusan OJK Nomor KEP-39/D.03/2025, BPRS Matahari kini memiliki status legal sebagai lembaga keuangan syariah yang siap melayani umat.
Meski statusnya masih sebagai BPRS, Muhammadiyah memiliki visi jangka panjang untuk mengonsolidasikan jaringan BPRS di berbagai daerah menjadi sebuah Bank Umum Syariah (BUS) milik persyarikatan.
“Insya Allah (bertransformasi jadi Bank umum syariah) bersama BPRS-BPRS Muhammadiyah lainnya,” kata Anwar Abbas, menandakan arah masa depan bank ini.
Filosofi “Matahari” dan Cita-cita Mencerahkan
Nama “Matahari” bukan hanya pelengkap. Dalam tradisi Muhammadiyah, Sang Surya adalah simbol cahaya, harapan, dan keberkahan.
Ia menjadi lambang dalam logo Muhammadiyah dan falsafah dalam setiap gerak langkah amal usaha.
Dengan membawa nama tersebut, Bank Syariah Matahari diharapkan menjadi sumber penerangan baru bagi sistem keuangan syariah yang inklusif dan memberdayakan.
Tidak hanya untuk warga Muhammadiyah, tetapi juga bagi masyarakat luas yang menginginkan pilihan keuangan berbasis nilai.
“Menempatkan dana pihak ketiga seperti tabungan dan deposito, memanfaatkan layanan keuangan, hingga mengelola transaksi kelembagaan melalui Bank Syariah Matahari adalah bentuk kontribusi nyata,” ujar Anwar Abbas.
Bukan Sekadar Bank, Tapi Gerakan
Bank Syariah Matahari menjadi contoh bagaimana organisasi Islam bisa memadukan nilai religius, profesionalisme, dan visi sosial dalam satu ekosistem ekonomi.
Bukan sekadar lembaga penyimpan dana, bank ini dibayangkan sebagai bagian dari gerakan dakwah ekonomi Muhammadiyah.
Dalam lanskap keuangan Indonesia yang mulai jenuh dengan pendekatan profit semata, inisiatif Muhammadiyah menghadirkan bank yang berakar pada nilai bisa menjadi angin segar.
Apalagi dengan semangat gotong royong dari jutaan warga Muhammadiyah yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air.
Komentari lewat Facebook