Techfin.id — Freelancer sering dianggap punya hidup bebas, waktu fleksibel, dan bisa kerja dari mana saja.
Tapi di balik layar, banyak dari mereka yang harus bergulat dengan tekanan target, penghasilan yang tidak pasti, hingga batas antara kerja dan hidup yang semakin kabur.
Setiawan Chogah tahu betul rasanya. Ia pernah berada di fase di mana semua proyek diambil, semua peluang dikejar, hanya karena takut kehilangan momentum.
Tapi pada akhirnya, ia sadar bahwa bertahan sebagai freelancer justru dimulai dari satu hal penting: menjaga kewarasan.
Freelancer Bukan Mesin
“Saya bukan AI, saya manusia,” ucapnya jujur dalam podcast bersama channel YouTube OTCA.
Kalimat itu sederhana, tapi menohok. Di tengah tuntutan industri digital, banyak freelancer yang menempatkan diri sebagai ‘yes man’, selalu berkata siap meski tubuh dan pikirannya menolak.
Setiawan mengakui bahwa dulu ia takut kehilangan klien. Semua pekerjaan diterima. Semua revisi dikerjakan tanpa pertanyaan. Tapi hasilnya bukan kekayaan, melainkan kelelahan.
Keseimbangan Itu Penting
Hari ini, Setiawan hanya menangani 3–4 klien tetap. Dua di antaranya dari luar negeri. Dengan itu saja, ia merasa cukup.
Sisa waktunya digunakan untuk merawat diri dan hidup: berkebun, menulis jurnal, membaca tren ekonomi, dan tentu saja beribadah.

“Saya kerja dari jam 9 sampai jam 12 saja. Setelah itu, waktu saya milik saya. Saya hidup cukup, bukan hidup dipaksa kaya,” katanya.
Baginya, cukup adalah manajemen. Dan ini hanya bisa dicapai dengan memahami kebutuhan diri, mengelola pemasukan, serta tahu kapan harus berhenti.
Literasi Keuangan Itu Wajib
Sebagai freelancer, Setiawan menyadari bahwa uang tidak selalu datang rutin.
Karena itu, ia membekali dirinya dengan literasi finansial yang baik:
- Membuat pos keuangan,
- Mengatur langganan tools agar tidak boros,
- Menyisihkan penghasilan untuk dana darurat,
- Investasi jangka pendek dalam bentuk emas atau aset digital.
Ia tidak mengejar lifestyle sosial media. Ia tidak memaksakan diri punya mobil hanya agar dianggap sukses.
“Saya lebih suka naik bus, bisa baca, bisa revisi kerjaan. Saya tidak ingin menukar ketenangan dengan status,” tegasnya.
Menyusun Ulang Tujuan
Kunci bertahan dalam dunia freelance bukan hanya soal kemampuan, tapi juga soal kesiapan mental dan arah hidup yang jelas.
Setiawan membagikan analogi menarik: “GPS bisa kasih tahu kamu sedang di mana. Tapi kalau kamu enggak tahu mau ke mana, GPS itu sia-sia.”
Ia mendorong para freelancer untuk menetapkan tujuan yang realistis dan bermakna. Jangan hanya mengejar cuan atau ketenaran. Tapi tanyakan: “Apakah saya dibutuhkan? Apakah saya merasa dihargai? Apakah ini selaras dengan nilai hidup saya?”
Mindful Freelancing
Freelance yang sehat adalah ketika kamu bisa bekerja dengan sadar, bukan terburu-buru.
Saat kamu bisa menolak pekerjaan yang tidak sesuai, tanpa rasa takut. Ketika kamu bisa menjelaskan kepada klien bahwa butuh waktu tanpa merasa bersalah.
“Yang dicari klien itu bukan kecepatan, tapi kejelasan,” ungkap Setiawan.
Maka komunikasi jadi alat penting, bukan hanya untuk menyampaikan hasil kerja, tapi juga untuk menjaga relasi.
Hidup Lebih Dalam, Bukan Lebih Cepat
Slow living ala Setiawan bukan bentuk kemalasan. Justru sebaliknya, itu bentuk keberanian untuk melambat demi hidup yang lebih sadar.
Ia menanam sayuran sendiri, memelihara rutinitas pagi, dan menjaga waktu istirahat dengan serius.
Karena baginya, hidup bukan hanya untuk bekerja. Hidup adalah tentang hadir, merasakan, dan mengisi ruang dengan tenang.
Dan semua itu bisa tetap dilakukan sambil tetap menjadi freelancer profesional.
Saksikan Cerita Lengkapnya di YouTube OTCA
Kalau kamu merasa hidupmu sebagai freelancer mulai melelahkan, kisah ini wajib kamu dengar.
Simak perjalanan Setiawan Chogah menjaga kewarasan dan keseimbangan hidup sambil tetap produktif dalam channel YouTube OTCA (Overseas Training & Career Academy)—kanal inspiratif yang menyajikan kisah perjuangan karier dan hidup para profesional dari berbagai belahan dunia.
Tonton di sini: Kerja Freelance dari Rumah, Dibayar Klien Amerika – Cerita Setiawan Chogah