Techfin Insight – Di era digital ini, siapa sih yang nggak kenal istilah FOMO—Fear of Missing Out?
Setiap hari kita melihat orang lain upload pencapaian: dapet kerja di perusahaan besar, posting ikut webinar, ikut kelas online, ikut bootcamp ini-itu.
Tanpa sadar, kita ikut-ikutan. Beli kelas yang lagi viral, ikut tren TikTok tentang profesi, atau bikin konten karena orang lain juga bikin.
Padahal… karier itu bukan perlombaan cepat-cepatan update LinkedIn.
Kalau tujuanmu cuma ikut-ikutan biar “kelihatan keren” di dunia maya, personal branding yang kamu bangun bisa jadi kosong dan tidak otentik.
Padahal, personal branding yang kuat, strategis, dan sesuai jati diri justru bisa membuka peluang karier yang nyata.
Personal Branding Bukan Soal Gaya, Tapi Soal Arah
Banyak orang mengira personal branding = tampil keren di media sosial. Padahal bukan itu intinya.
Personal branding adalah bagaimana kamu dikenal oleh orang lain dalam konteks profesional.
Apakah kamu dikenal sebagai orang yang kompeten di bidang desain? Atau sebagai pembicara publik yang berwawasan? Atau sebagai penulis yang punya gaya storytelling khas?
Yang perlu kamu sadari: kita semua sedang membangun personal branding, suka nggak suka.
Setiap post, komentar, atau project yang kamu tampilkan akan menciptakan “image” di benak orang lain.
Nah, pertanyaannya: image seperti apa yang sedang kamu bangun?
Akibat Personal Branding Tanpa Strategi
Banyak profesional muda akhirnya terjebak di “jebakan FOMO”. Semua hal dilakukan, semua bidang dicoba, semua tren diikuti, tapi akhirnya:
- Akun LinkedIn penuh dengan sertifikat yang tidak relevan satu sama lain
- Portofolio tidak fokus, membuat recruiter bingung arah kariermu
- Konten personal terlalu generik, tidak menonjolkan keahlian spesifik
- Engagement tinggi, tapi tidak menghasilkan peluang nyata
Personal branding yang terlalu luas, kabur, dan tanpa arah justru membuatmu terlihat tidak punya positioning yang kuat.
3 Pertanyaan Strategis untuk Membangun Personal Branding
Sebelum buru-buru “membentuk citra”, luangkan waktu sejenak untuk refleksi. Tanyakan ini ke dirimu sendiri:
1. Apa Nilai atau Expertise yang Ingin Kamu Tawarkan?
Contoh:
“Saya ingin dikenal sebagai desainer UI/UX yang fokus pada edukasi dan impact sosial.”
Ini membantu kamu menentukan konten, proyek, dan aktivitas apa yang perlu ditonjolkan.
2. Siapa Audiens yang Kamu Sasar?
Apakah kamu ingin dilihat oleh rekruter startup? Profesional di industri kreatif? Calon klien personal?
Ini penting untuk menentukan platform mana yang kamu fokuskan (LinkedIn? Instagram? Medium? TikTok?).
3. Apa Tujuan Personal Branding-mu?
Dapat kerja? Dapat proyek freelance? Bangun komunitas? Atau transisi karier?
Tanpa tujuan yang jelas, kamu akan terus ikut arus, bukan membangun arah.
Cara Praktis Membangun Personal Branding yang Strategis
1. Tentukan Topik Utama
Pilih 2–3 tema yang selalu kamu angkat. Misalnya: karier digital marketing, tips presentasi, dan review tools produktivitas.
Jangan semua hal dibahas. Fokus = kredibilitas.
2. Konsisten di Platform yang Tepat
Kalau kamu ingin dilirik HR atau profesional, perkuat LinkedIn.
Kalau kamu menjual jasa kreatif, Instagram & TikTok bisa jadi pilihan.
Konsisten bukan berarti posting tiap hari, tapi punya gaya, tone, dan pesan yang berulang.
3. Tampilkan Proses, Bukan Cuma Hasil
Bukan cuma “hasil akhir” yang bikin orang tertarik, tapi juga prosesmu berkembang.
Ceritakan pengalaman gagal, belajar, dan refleksi. Itu justru membuat branding-mu terasa otentik.
4. Gunakan Visual dan Bahasa yang Konsisten
Pakai elemen desain, tone warna, atau gaya bahasa yang mencerminkan dirimu.
Contoh: gaya kasual dengan emoji, atau gaya profesional dengan infografik.
Manfaat Personal Branding yang Terarah
Kalau kamu membangun personal branding dengan strategi, hasilnya bukan hanya jumlah like dan komentar. Tapi:
- Dilirik oleh rekruter tanpa kamu melamar dulu
- Ditawari proyek freelance karena kontenmu dianggap kompeten
- Diundang jadi pembicara atau kolaborator
- Dipercaya sebagai expert di bidangmu
Dan yang paling penting: kamu nggak lelah membangun citra, karena kamu sedang menunjukkan dirimu yang sebenarnya—dengan arah yang jelas.
Bangun, Bukan Ikut-Ikutan
Kalau kamu merasa sekarang sedang capek ikut tren ini itu tapi nggak merasa berkembang, mungkin saatnya berhenti sejenak dan menyusun ulang strategi.
Personal branding bukan soal tampil keren hari ini. Tapi soal menyiapkan pijakan kuat untuk karier jangka panjang.
Daripada ikut-ikutan orang lain dan merasa hampa, lebih baik kenali dirimu, tentukan arahmu, dan bangun branding-mu dari situ.
Karena yang paling menonjol di dunia kerja bukan yang paling viral. Tapi yang paling bernilai dan terarah.
Komentari lewat Facebook