Jakarta, Techfin.id – Pernahkah kamu merasa lebih nyaman membuka YouTube dibanding menyalakan TV? Jika iya, kamu bukan satu-satunya.
Mei 2025 menjadi tonggak sejarah dalam dunia hiburan global—untuk pertama kalinya, jumlah penonton layanan streaming secara resmi melampaui gabungan penonton siaran televisi dan TV kabel.
Data ini bukan sekadar statistik. Ia adalah cerminan dari perubahan cara manusia terhubung dengan hiburan, informasi, bahkan emosi.
Di tengah gempuran algoritma dan pilihan konten tanpa batas, televisi tampaknya mulai kalah cepat mengejar selera zaman.
Generasi Baru, Cara Menonton Baru
Survei terbaru dari Nielsen mengungkapkan bahwa layanan streaming kini meraih 44,8% pangsa pasar penayangan di Amerika Serikat—unggul tipis dari TV dan TV kabel yang berada di angka 44,2% secara total.
Perubahan ini tidak datang tiba-tiba. Dalam empat tahun terakhir, penggunaan layanan streaming naik 71%. Dulu hanya seperempat dari total penonton, kini layanan streaming jadi primadona.
Dan siapa yang memimpin lonjakan ini? Jawabannya: YouTube.
YouTube Unggul Nyaris Dua Kali Lipat dari Netflix
Dengan pangsa pasar 12,5%, YouTube kini menjadi layanan streaming paling banyak ditonton di AS. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari Netflix yang berada di angka 7,5%, disusul oleh Disney+ dengan 5%.
Data ini memberi pesan jelas: generasi muda lebih memilih konten berbasis kreator, yang terasa lebih personal dan relevan, dibanding format siaran TV yang cenderung satu arah dan terjadwal.
YouTube bahkan kini menempati posisi ketiga terbesar dalam total penayangan TV—bukan hanya mengungguli sesama platform digital, tapi juga menyalip beberapa jaringan TV tradisional dan kabel.
TV Tidak Lagi Jadi Pusat Hiburan Keluarga?
Menariknya, data Nielsen juga mencatat penurunan drastis jumlah penonton TV dan kabel. Siaran TV turun 24,1%, sementara TV kabel menyusut 20,1% dibanding tahun sebelumnya.
Apa artinya? Mungkin kini layar utama di ruang tamu bukan lagi TV besar yang menampilkan drama jam tujuh malam, tapi layar laptop, tablet, atau bahkan ponsel yang memutar video dari kreator favorit.
Bagi banyak orang, pilihan hiburan hari ini bukan lagi soal “channel mana malam ini?”, tapi “apa yang aku ingin tonton sekarang, dan siapa yang aku percaya untuk menemani?”
Layanan Gratis dan Alternatif Mulai Berkembang
Di luar pemain besar seperti Netflix dan Disney, platform layanan gratis seperti Roku Channel dan Tubi juga mulai menancapkan pengaruh.
Masing-masing berhasil mencatatkan pangsa pasar 2%, menunjukkan bahwa pasar streaming bukan milik eksklusif pemain berbayar saja.
Ada peluang tumbuh bagi layanan yang mampu menggabungkan aksesibilitas, kurasi konten yang baik, serta pengalaman pengguna yang personal.
Streaming Tak Lagi Tren, Tapi Norma Baru
Angka-angka ini lebih dari sekadar data konsumsi media. Ia mencerminkan pergeseran budaya, di mana kontrol atas hiburan kini berada di tangan pengguna.
Dari acara TV yang dijadwalkan, kini kita beralih ke model on-demand yang menyesuaikan dengan ritme hidup masing-masing.
Tayangan favorit kini bisa ditonton kapan saja, di mana saja, dengan pilihan tema yang semakin personal: mulai dari tutorial memasak, dokumenter independen, vlog perjalanan, hingga recap pertandingan olahraga. Streaming telah menjadi ruang hiburan personal yang tidak terbatas layar atau waktu.
Apa Selanjutnya?
Pertanyaan besar pun muncul: jika streaming terus mendominasi, apa nasib TV tradisional ke depan?
Apakah kanal-kanal besar akan berubah strategi? Atau justru bertransformasi ke ranah digital sepenuhnya?
Yang jelas, ini bukan sekadar soal tontonan. Ini adalah cerita tentang bagaimana teknologi mengubah kebiasaan manusia, dan bagaimana industri hiburan harus belajar mengikuti arah penonton.
Bagaimana dengan kamu? Masih nonton TV, atau sudah jadi anak streaming sejati?
Komentari lewat Facebook