Pandeglang, Tecfin.id – Di sudut barat Pulau Jawa, di tengah rimbunnya pepohonan dan debur ombak yang menenangkan, Taman Nasional Ujung Kulon berdiri sebagai benteng terakhir bagi Badak Jawa—salah satu spesies paling langka di dunia.
Tapi cerita dari Ujung Kulon bukan hanya tentang konservasi, melainkan juga tentang manusia yang hidup berdampingan dengan alam, tentang perjuangan menjaga ekosistem dan masa depan bersama.
Inilah yang membuat pertemuan antara PLN UID Banten dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) terasa lebih dari sekadar pertemuan formal dua institusi. Ini adalah upaya menyatukan dua dunia: energi dan konservasi. Teknologi dan alam. Manusia dan habitatnya.
Pertemuan ini menyatukan niat baik—bahwa di tengah tantangan zaman yang makin kompleks, pembangunan dan pelestarian lingkungan tidak harus berjalan sendiri-sendiri.
Justru ketika keduanya bersinergi, potensi kebaikannya bisa jauh lebih besar.
“Kami ingin memberi kontribusi lebih luas bagi negeri ini. Tidak hanya lewat listrik, tapi juga lewat kolaborasi lintas sektor untuk pelestarian alam dan penguatan komunitas lokal,” ujar Agung Lutesta dari PLN UID Banten.
Kolaborasi ini akan menyentuh tiga hal penting: edukasi lingkungan, pemberdayaan masyarakat berbasis konservasi, dan penguatan infrastruktur ramah lingkungan.
Bukan hanya soal menyumbang, tapi tentang hadir secara nyata dan berkelanjutan di tengah masyarakat.
PLN juga membawa mandat yang lebih luas dari kantor pusat: menjalankan prinsip ESG (Environment, Social, and Governance).
Dan kerja sama ini menjadi salah satu wujud konkret bagaimana perusahaan energi negara bisa ikut menyalakan harapan—bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di tengah hutan hujan tropis yang menjadi rumah terakhir bagi spesies langka.
Ardi Andono, Kepala Balai TNUK, menyambut baik kolaborasi ini. Ia percaya bahwa keberhasilan konservasi tak hanya ditentukan oleh pagar alam, tetapi oleh ekosistem sosial yang mendukungnya.
“Kami berharap sinergi ini memperkuat upaya konservasi dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar taman nasional,” ujarnya.
Bayangkan jika anak-anak yang tumbuh di sekitar Ujung Kulon bukan hanya mengenal badak dari cerita orang tua, tetapi juga menjadi penjaga hutan yang sadar akan pentingnya listrik ramah lingkungan.
Bayangkan jika komunitas di pesisir Ujung Kulon bisa mengakses energi bersih dan tetap menjaga kearifan lokal. Di sinilah harapan itu tumbuh.
Dan semua ini bermula dari sebuah pertemuan—di mana PLN tidak datang membawa kabel dan tiang listrik, tapi juga membawa rasa peduli dan visi masa depan.
“Kami percaya, menjaga alam berarti menjaga masa depan,” tutur General Manager PLN UID Banten, Muhammad Joharifin. “PLN siap bersinergi dengan Ujung Kulon untuk menciptakan nilai tambah, bukan hanya untuk lingkungan, tapi juga untuk masyarakat.”
Kolaborasi ini belum selesai, bahkan baru mulai. Tapi langkah awal ini cukup untuk membuktikan bahwa masa depan yang berkelanjutan bukanlah angan.
Ia bisa dibangun, disambung, dan dinyalakan—dengan energi, cinta, dan kerja sama.
Komentari lewat Facebook